Kami Tangguh Kami Selamat
Penulis : Fakhriati dkk  

Halaman : xii + 122 halaman  

Ukuran : 17,5 x 25 cm  

Editor : Alfida, Fakhriati,  Arief Wibowo   

Penerbit : Pustaka Compass  

Terbitan : April 2025  

Jakarta, April 2025  

 

Pengetahuan lokal telah lama menjadi fondasi ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dari pengetahuan masyarakat adat hingga praktik tradisional yang diwariskan turun-temurun, semua ini menjadi bagian dari strategi adaptasi yang efektif. Misalnya, masyarakat di pesisir sering kali memiliki tanda-tanda alam untuk mengenali potensi tsunami, sementara masyarakat di daerah pegunungan memahami pola tanah yang rawan longsor. Pengetahuan ini tidak hanya meningkatkan kesiapsiagaan individu dan komunitas tetapi juga dapat menjadi panduan bagi kebijakan mitigasi bencana yang lebih inklusif. Namun, dalam era modern yang dipenuhi teknologi canggih, pengetahuan lokal sering kali terpinggirkan dan dianggap usang. Padahal, perpaduan antara teknologi dan pengetahuan lokal dapat menciptakan strategi yang lebih komprehensif dalam mengurangi risiko bencana.  

Oleh karena itu, mengangkat dan mendokumentasikan pengetahuan lokal menjadi langkah penting untuk memastikan ketangguhan jangka panjang. Pelestarian pengetahuan lokal menghadapi berbagai tantangan, mulai dari perubahan gaya hidup, urbanisasi, hingga minimnya dokumentasi yang sistematis. Generasi muda cenderung lebih mengandalkan informasi dari sumber digital dibandingkan pembelajaran dari tradisi lisan atau pengalaman para tetua. Jika tidak ada upaya pelestarian, banyak praktik yang terbukti efektif dalam mitigasi bencana bisa hilang.

Di sisi lain, peluang untuk mengintegrasikan pengetahuan lokal dalam sistem modern sangat besar. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendekatan berbasis komunitas dalam mitigasi bencana, berbagai program telah mulai mengakomodasi pengetahuan lokal dalam strategi tanggap darurat. Pendidikan formal dan nonformal juga dapat menjadi sarana untuk mengenalkan kembali praktik-praktik tradisional kepada generasi muda, memastikan bahwa pengetahuan tersebut tetap relevan dan berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman. Untuk memastikan kesiapsiagaan berbasis pengetahuan lokal terus berkembang, beberapa strategi dapat diterapkan.

Dokumentasi dan digitalisasi menjadi salah satu cara utama untuk melestarikan pengetahuan lokal. Mengumpulkan dan mendokumentasikan praktik-praktik lokal dalam bentuk tulisan, video, atau platform digital akan membantu dalam pelestarian dan penyebarluasan informasi. Selain itu, integrasi dengan pendidikan juga menjadi langkah penting. Kurikulum sekolah dapat memasukkan materi tentang pengetahuan lokal dalam mitigasi bencana, sehingga generasi muda tidak hanya memahami teori tetapi juga praktik yang telah terbukti efektif. Pelibatan komunitas juga berperan besar dalam memperkuat kesiapsiagaan berbasis pengetahuan lokal. Program pelatihan berbasis komunitas yang menggabungkan pengalaman warga dengan teknologi modern dapat meningkatkan kesiapsiagaan kolektif.

Pemerintah dan lembaga internasional juga perlu terlibat dalam penguatan strategi ini. Pemerintah dapat mengadopsi kebijakan yang mendukung penggunaan pengetahuan lokal dalam strategi mitigasi, sementara lembaga internasional dapat membantu dalam hal pendanaan dan penelitian. Media massa dan media sosial juga memiliki peran penting dalam menyebarluaskan praktik-praktik baik dari berbagai daerah, sehingga masyarakat yang lebih luas dapat mengambil manfaat dari pengalaman komunitas lain.

Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan lokal dapat dikombinasikan dengan teknologi berbasis data untuk meningkatkan efektivitas mitigasi bencana. Smith et al. (2023) menyatakan bahwa penggunaan teknologi pemetaan berbasis komunitas telah membantu dalam meningkatkan ketepatan prediksi bencana dengan mempertimbangkan variabel-variabel lokal yang tidak selalu terdeteksi oleh sistem global. Ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis lokal tidak hanya relevan tetapi juga dapat dioptimalkan dengan dukungan teknologi modern. Jones & Taylor (2024) dalam risetnya juga menemukan bahwa integrasi antara sistem peringatan dini dengan pengetahuan tradisional menghasilkan respons yang lebih cepat dan lebih akurat dalam situasi darurat.

Hal ini membuktikan bahwa sinergi antara pengetahuan lokal dan global bukan hanya mungkin tetapi juga sangat diperlukan. Ketangguhan menghadapi bencana bukan hanya tentang bagaimana suatu komunitas bertahan, tetapi juga bagaimana mereka berkembang dan beradaptasi. Dengan memadukan pengetahuan lokal dan pendekatan global, kita dapat menciptakan sistem kesiapsiagaan yang lebih inklusif dan efektif. Sinergi ini bukan berarti menggantikan satu pendekatan dengan yang lain, tetapi mencari titik temu yang memungkinkan keberlanjutan. Misalnya, sistem peringatan dini berbasis teknologi dapat diperkuat dengan pemahaman lokal tentang tanda-tanda alam, sehingga informasi yang diterima oleh masyarakat lebih akurat dan dapat dipercaya.

Dengan berinvestasi pada pengetahuan lokal, kita tidak hanya menjaga warisan budaya tetapi juga membangun masa depan yang lebih aman dan tangguh bagi generasi berikutnya. Kesadaran, kolaborasi, dan aksi nyata akan menjadi kunci utama dalam mewujudkan ketahanan bencana yang berkelanjutan. Lebih lanjut, dalam konteks perubahan iklim yang semakin tidak terprediksi, pendekatan berbasis komunitas menjadi semakin relevan. Menurut laporan dari United Nations Office for Disaster Risk Reduction (2023), komunitas yang memiliki pemahaman lokal yang kuat terhadap lingkungan mereka memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi terhadap dampak bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Ini menunjukkan bahwa investasi dalam pengetahuan lokal bukan hanya upaya pelestarian budaya tetapi juga strategi adaptasi yang krusial dalam menghadapi tantangan masa depan. Mengoptimalkan pengetahuan lokal dalam kesiapsiagaan bencana adalah langkah strategis yang perlu segera diterapkan. Dengan mengintegrasikan pengetahuan lokal ke dalam kebijakan mitigasi, mendokumentasikan serta mengajarkannya kepada generasi muda, Jakarta dapat membangun sistem kesiapsiagaan yang lebih inklusif dan efektif. Kolaborasi yang erat antara pemerintah, komunitas, dan akademisi menjadi kunci dalam memastikan keberlanjutan strategi ini.