- Buku Karya ZAINUL MILAL BIZAWIE
- Ukuran Buku : 13 x 19 cm
- Jumlah Halaman : x + 70 Halaman
- Ediotor : Aprillia Koeshendraty
- Terbit : Januari Tahun 2025
..Versi ringkas buku Syekh Mutamakin: Perlawanan Kultural Agama Rakyat ini menggunakan diksi “Mbah” agar lebih familiar dan memiliki kedekatan batin dan rasa bagi para keturunan, para santri penerus perjuangan dan masyarakat sekitar. Semoga tulisan ini menjadi berkah dan ladang pahala bagi para santri dan semua masyarakat peziarah, terutama bagi yang membaca dan mengambil ibrahnya....
---
Buku ini memberikan sebuah kesimpulan yang menurut saya sangat dahsyat yaitu bahwa Mbah Mutamakkin ini telah memberikan pada kita sebuah contoh yang luar biasa mengenai peranan agama dalam kehidupan kita. Di sini saya melihat mbah Mutamakkin telah memulai sesuatu yang baru yaitu dia memperkenalkan bangsa kita kepada pendekatan; tidak anti dan tidak pro melainkan berbeda. Beliau itu bagi saya sangat penting sebagai tokoh yang membawakan pendekatan kultural di dalam hubungan antara agama dan kekuasaan
- KH Abdurrahman Wahid/Gus Dur, Presiden RI ke 4
Buku ini penting dibaca, mengandung informasi baru yang sangat menarik dalam rangka sejarah keagamaan Jawa, dan secara umum, dalam konteks sejarah Indonesia sejak kedatangan agama Islam di Kepulauan Nusantara. Kita belum mempunyai sumber yang bisa menolong kita untuk memilih antara dua versi peristiwa dalam Serat Cebolek. Akan tetapi sekarang, sebagaimana terekspresi dalam buku ini, mungkin kita dapat mendekati ajaran-ajaran Syekh Mutakakkin dan bisa menilai secara langsung ajaran-ajarannya.
- Dr.M.C. Ricklefs (Scholar of the history and current affairs of Indonesia)
Sumber-sumber yang dikaji di sini tidak hanya dari serat Cebolek, tetapi dari tulisan/naskah Syekh Mutamakkin sendiri yang mengungkapkan wacana pemikirannya yang merupakan sebuah gejala keagamaan yang pada masa Syekh Mutamakkin merupakan trend yang sangat penting yang pernah saya sebut yaitu trend Neo-sufisme yang itu berkembang melalui jaringan ulama dan juga jaringan para guru murid baik di lingkungan para ulama luas atau para ulama independen baik yang berada di dalam hirarki kekuasaan ataupun di luar. Oleh karena itu, karya ini sangatlah menarik sebagai sejarah sosial sekaligus sejarah intelektual.
- Dr, Azyumardi Azra – Sejarawan Indonesia