Review Buku Ziarah Wali Kyai Hamid Pasuruan

Gagasan utama dalam buku ini setidaknya meliputi dua hal. Pertama, tentang pemaknaan baru mengenai “tradisi besar Islam” yang lebih “pro” terhadap Islam Nusantara atau secara umum kaum Muslimin yang tinggal di wilayah
non-Arab. Kedua, penjelasan “lain” mengenai aktivitas ziarah kubur yang dilakukan oleh umat Islam di makam orang tua, guru, kyai dan di makam orang-orang yang diyakin sebagai wali, yang dalam konteks ini Kyai Hamid Pasuruan.

Dikatakan “lain” karena penulis menyampaikan hasil pengamatan yang berbeda dengan apa yang telah disampaikan oleh para peneliti sebelumnya, terutama Clifford Geertz yang banyak disinggung dalam buku ini.

Buku ini merupakan kajian multidisipliner yang memadukan antara kajian ilmu tasawuf, hukum Islam (syariah) dengan ilmu-ilmu sosial. Meskipun banyak menyampaikan ulasan normatif namun sesungguhnya ulasan dalam buku ini merupakan bagian dari penelitian empiris yang sedang berkembang di perguruan tinggi agama Islam.

Paparan mengenai tiga tradisi besar dalam buku ini dibagi kedalam enam bagian. Bagian pertama, dua dan tiga adalah kajian normatif mengenai tiga tradisi besar ini yang antara lain berisi mengenai dalil-dalilnya dan berbagai prilaku atau amalan yang terkait. Beberapa orang memahami tiga istilah ini secara “salah faham” sehingga cenderung apriori dan berpikiran negatif terhadap berbagai hal yang terkait dengan ketiganya.

Juga dipaparkan mengenai berbagai penelitian sosial yang terkait dengan tiga tradisi besar ini. Disebut dengan tradisi besar Islam, selain memang mempunyai landasan normatif dari Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad, sebagaimana hasil penelitian yang akan dipaparkan bahwa walayah, ziarah dan tawassul juga dihayati dan diamalkan di berbagai belahan dunia muslim.

Selain itu buku ini juga mendeskripsikan aktivitas ziarah di makam Kyai Hamid, yang didahului memberikan gambaran tentang karakteristik keberagamaan masyarakat Pasuruan. Wilayah Pasuruan merupakan kawasan santri, dalam pengertiannya yang luas. Lalu kegandrungan masyarakat Pasuruan terhadap sosok wali, dan hobi masyarakat dalam berziarah menjadi faktor terpenting yang menjadikan makam Kyai Hamid tidak pernah sepi dari peziarah. Selanjutnya dideskripsikan mengenai masjid Al-Anwar, Pondok Pesantren Salafiyah serta keterkaitan kedua institusi ini dengan Kyai Hamid.

Sorotan peneliti lalu terfokus ke makam Kyai Hamid yang berada di sebelah barat masjid ini dan berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para peziarah di seputar makam ini. Selanjutnya diungkap suatu momen terpenting yakni haul Kyai Hamid yang dihadiri ratusan ribu jamaah. Buku ini menyebut momen ini sebagai puncak fenomena kewalian Kyai Hamid. Selanjutnya memaparkan hasil temuan mengenai pengakuan atau motif peziarah yang datang dan berdoa di makam Kyai Hamid.

Terakhir diulas sang tokoh utama, seorang waliyullah yang telah menggerakkan aktifitas
peziarah dan daerahnya menjadi medan ziarah. Siapakah beliau, bagian ini berupaya mengulas riwayat hidup dan kisah-kisah kewalian Kyai Hamid. Pada bagian ini penulis menelusuri kisah hidup Kyai Hamid sejak masa kanak-kanak.

Penulis merangkai kisah-kisah mengenai tanda-tanda kewaliannya di masa kecil, proklamasi kewaliannya hingga berbagai kisah tentang karamah atau kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Kyai Hamid. Bagian ini ditutup dengan paparan sekaligus analisis mengenai posisi kewalian Kyai Hamid perspektif para peziarah.

Info dan Pemesanan Buku hubungi 081384478968

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *